Sunday, March 20, 2022

SEJARAH DAN PROFIL KAMPUNG GAGOT

Kampung Gagot terletak di Desa Kutawuluh RT 01 RW 05, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara,  Jawa Tengah. Nama “Gagot” berasal dari nama seorang Kyai yang pada zaman dulu pernah tinggal di kampung ini. Hal ini ditandai dengan adanya Makom/Punden Kyai Gagot yang berada di kampung ini.  

Secara umum masyarakat Kampung Gagot berprofesi sebagai petani, baik petani tanaman pangan, petani pekebun, peternak maupun petani pembudidaya ikan. Kampung ini  dihuni oleh 60 jiwa, 20 KK dan 17 rumah.

Pada bulan Desember 2017, warga mengadakan rembug kampung dan bersepakat untuk menjadikan Kampong Gagot ini menjadi Kampong Eduwisata di bidang pertanian, dengan tekad akan menyuguhkan pembelajaran yang asyik dan ceria tentang pertanian, peternakan dan perikanan secara terpadu dari hulu hingga hilir, untuk masyarakat umum. 

Berdirinya Kampung Gagot, tidak lepas dari sosok seorang pemuda bernama Amrulloh, yang kemudian akrab disapa dengan sebutan Kang Arul, yang memiliki kecintaan terhadap dunia pertanian. Kampung Gagot adalah wujud visualisasi mimpinya bersama istrinya, puluhan tahun yang lalu. Mimpi untuk memiliki sebuah usaha Kampung Agrowisata, yang dulu hanya dicoretkan pada selembar kertas. Mimpi itu kini telah diwujudkan tidak hanya olehnya, tetapi oleh seluruh warga, dengan adanya Kampung Gagot. 

Potensi lokal dan Eduwisata kampung Gagot

Apa saja kegiatan orang kampung ? Apa saja yang biasanya ada di kampung? Ya, mayoritas orang yang tinggal di kampung biasanya bertahan hidup dengan cara bertani, menanam, berternak, berbudidaya ikan dan sejenisnya. Sangat jauh berbeda dengan kehidupan orang kota yang bekerja di pabrik, menjadi karyawan, berbisnis, berdagang, membuka toko besar dan sejenisnya. Dengan adanya perbedaan yang sangat signifikan tersebut, Kampung Gagot mencoba membuka peluang yang memadukan sektor pertanian dan sektor pariwisata, dengan konsep eduwisata agro yaitu pariwisata yang berbasis pertanian, perternakan dan perikanan. 

Apakah Kampung Gagot adalah kampung buatan sebagai kamuflase konsep wisata? Tidak! Kampung Gagot  adalah benar-benar kampung, nama asli sebuah kampung tanpa rekayasa. Warga Kampung Gagot, 99%-nya adalah petani. Sejak dulu, di Kampung Gagot telah ada ternak sapi, ternak kelinci, kegiatan pengolahan kotoran ternak dan bercocok tanam.  Hal-hal tersebut kemudian diangkat dan disuguhkan kepada pengunjung secara interaktif, agar mereka benar-benar bisa merasa sebagai masyarakat kampung dan merasakan kuatnya aura kampung asli.  
  1. Wahana Berburu Hama Tanaman (Panahan)
    Wahana pertama, pengunjung akan diperkenalkan dengan hama pertanian melalui kegiatan memanah gambar tikus, belalang, ulat, burung dan lainnya. Hewan-hewan tersebut biasanya menjadi musuhnya petani, karena mengganggu dan merusak pertanaman petani.

  2. Wahana Sapi dan Domba/ Kambing
    Pengunjung akan berinteraksi langsung dengan ternak, dengan cara memegang dan memberi makan ternak domba, kambing dan sapi yang merupakan hewan ternak yang biasa diternakan orang di kampung. 

  3. Wahana Kelinci
    Kelinci identic dengan lucu dan imut serta disukai semua orang.  Pengunjung Kampung Gagot bisa memberi makan, menggendong dan bermain bersama kelinci, serta mendapatkan penjelasan cara pemeliharannya dari pemandu.

  4. Wahana Bebek
    Bebek juga merupakan hewan yang disukai oleh banyak orang, karena bisa diambil telurnya. Telur bebek yang berwarna biru muda biasa dijadikan telur asin yang cenderung disukai semua orang. Suara bebek yang khas akan menjadi nuansa dan warna tersendiri, yang akan terus melekat di hati para pengunjung. Pengunjung, khususnya anak-anak bisa berinteraksi langsung dengan ternak bebek, dengan cara memegang, menggendong, memberi pakan sambil menyimak edukasi yang di sampikan oleh pemandu. Moment berkejaran dengan bebek-bebek, akan menjadi pemandangan yang lucu dan membahagiakan semua pengunjung yang menyaksikan.

  5. Wahana Kompos/ Caping Kompos
    Wahana kompos/ Caping Kompos adalah lokasi produksi pupk kompos yang berada di Kampung Gagot. Pengunjung akan diajak untuk praktek langsung membuat kompos dari bahan-bahan alami yang mudah didapat dan dengan cara yang mudah dan sederhana.

  6. Wahana Tanaman
    Bercocok tanam merupakan kegiatan utama seorang petani. Di wahana ini, pengunjung akan berkenalan dengan berbagai macam tanaman dan teknik menanamnya. Ada tanaman buah, sayuran dan tanaman obat/ rempah. Pengunjungn juga akan dikenalkan dengan beberapa teknik bercocok tanam seperti tanaman buah dalam pot (tabulampot), hidroponik, organik, vertikultur dan di media polibag. Pengunjung juga akan merasakan langsung bagaimana bercocok tanam tersebut.

  7. Wahana Kecean (Menangkap Ikan)
    Pengunjung akan menangkap ikan di sebuah kolam, kemudian ikannya akan dilepaskan di sungai yang berada di Kampung Gagot. Di Wahana ini, pengunjung akan mendapatkan edukasi tentang budidaya ikan air tawar sekaligus edukasi tentang pelestarian lingkungan. 

Pertanian terpadu kampung Gagot

Mengacu pada berbagi tantangan dan masalah pertanian dari hulu hingga hilir, konsep pertanian terpadu merupakan harapan dan cita cita untuk diwujudkan secara optimal di Kampung Gagot.

  1. Pertanian
    Apa itu pertanian? Mungkin ada yang asing dengan pertanian, apalagi generasi masa kini, karena mereka semua belum memahami seberapa pentingnya dunia pertanian bagi kehidupan manusia di dunia.

    Sektor pertanian masih menjadi peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia walaupun sumbangannya secara sektoral pada ekonomi negara masih kalah dibanding sektor minyak dan gas. Namun demikian, selama kurun waktu 30 tahun terakhir ini sudah sangat nyata sumbangannya terutama dalam menyediakan pangan dan menyerap tenaga kerja bagi sebagian besar penduduk (I. Tubagus Ferry, 1989: 115 dalam  yulipriyanto 1997)

  2. Konsep Pertanian Terpadu
    Dalam rangka tetap melestarikan produksi pertanian, usaha tani tidak lagi mengandalkan penggunaan bahan kimia untuk mencapai produksi setinggi-tingginya, telapi juga harus memperhatikan kelestarian sumberdaya alam sebagai infrastruktur utama yang menunjang kehidupan tanaman. Oleh karena itu, saat ini mulai diterapkannya sistem pertanian tanpa merusak lingkungan yang menekankan pada penggunaan bahan organik dan teknologi biologis baik sebagai pupuk atau pestisida untuk mengendalikan bahan kimia. Untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut. petani kita pun perlu dibekali pengetahuan yang berkailan dengan teknologi pertanian ramah Iingkungan, yang memungkinan berlangsungnya usaha pertanian secara berkelanjutan.

    Oleh karena itu, saat ini mulai dikembangkan pola pertanian terpadu (Pertanian, Peternakan, Perikanan) yang menggunakan teknologi ramah lingkungan. Pola pertanian terpadu merupakan kombinasi antara pola pertanian tradisional dengan ilmu pengetahuan modern di bidang pertanian yang berkembang terus (Siswati 2012). Pertanian ini merupakan pemanfaatan lahan dengan berbagai macam usaha baik pertanian, peternakan maupun perikanan. Pertanian terpadu ini bisa dilaksanakan di lahan pertanian yang luas maupun sempit. Pertanian terpadu di lahan sempit biasanya memanfaatkan lahan pekarangan yang ada dengan maksimal.

    Mewujudkan sistem pertanian terpadu di lahan pekarangan bukan merupakan hal yang mudah bagi masyarakat, tidak terkecuali rumah tangga petani. Sumber daya manusia yang ada dan terbatasnya informasi yang bisa sampai di pedesaan, merupakan salah satu faktor pendukungnya. Perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas. Akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Padahal dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat, tanaman pangan, hortikultura, ternak, ikan dan lainnya berpotensi dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu, pemanfaatan pekarangan juga berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (Mardiharini 2011).

    Melihat beberapa potensi lahan pekarangan dan permasalahan di atas untuk mewujudkan ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat, maka perlu mensosialisasikan bagaimana lebih mengoptimalkan lahan pekarangan menjadi sistem pertanian terpadu agar masyarakat atau rumah tangga petani bisa merasakan langsung manfaatnya. Saat ini banyak sekali metode pertanian modern maupun pertanian terpadu antara lain : pertanian organik, hidroponik, tabulampot, kolam bioflok, ternak kelinci, dll. Konsep pertanian terpadu sudah diaplikasikan di kampung Gagot Eduwisata Agro seperti pengolahan kotoran sapi menjadi kompos dan pemanfaatan kotoran sapi untuk membuat kolam ikan bioflock.



  3. Pertanian Organik
    Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Selera konsumen seperti ini dan perkembangan ekonomi menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Pracaya, 2007).

    Pertanian organik bisa di lakukan dari cara yang paling sederhana dengan cara memanfaatkan lahan pekarangan rumah, teknik yang dilakukan sangat mudah hanya dengan menggunakan media tanah yang di campur dengan pupuk kandang/kompos lalu di masukan ke dalam polibek. Tanaman yang ada di polibek selain bisa di jadikan hiasan juga kita bisa memanennya nanti ketika sudah mulai tumbuh dewasa tanaman tersebut.

    Lahan pekarangan dapat memberikan manfaat yang sangat besar dalam menunjang kebutuhan gizi keluarga disamping sekaligus untuk keindahan (estetika) bila dikelola secara optimal dan terencana (Abdul R et al. 2013).

    Sosialisasi sistem pertanian terpadu dengan mengoptimalkan lahan pekarangan bisa dilaksanakan ditingkat kelompok wanita tani. Pertemuan dengan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dilakukan untuk merencanakan kegiatan secara teknis. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan rak, pembuatan media tanam, pelatihan perbenihan tanaman, dan pengelolaan kebun Bibit Desa (KBD). KBD ini berfungsi sebagai penyedia bibit tanaman bagi masyarakat sekitar, sehingga sirkulasi tanaman di lahan pekarangan tetap terjaga ketika tanaman sudah waktunya diganti dengan yang baru. KBD ini juga diharapkan menjadi pembelajaran anggota KWT dalam berwira usaha (Budi Utomo Dan Renie Oelviani 2015).

    Kegiatan budidaya tanaman dengan polibag bisa dipadukan dengan budidaya ikan bioflock, di mana air kolam bioflock bisa kita gunakan untuk pemupukan susulan bagi tanaman di polibag. Seperti yang di terapkan di kampung gagot, di area sekitar kolam bioflock di isi dengan macam-macam tanaman dengan media polibag.

  4. Hidroponik
    Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian semakin tahun semakin pesat, sehingga masyarakat khususnya petani tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang dilakukannya. Salah satu teknologi yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik, hal ini dikarenakan semakin langkanya lahan pertanian akibat dari banyaknya sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensial semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian dengan sistem hidroponik diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang mempunyai lahan terbatas atau pekarangan, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.

    Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap rumah maupun lahan sempit lainnya. Dilingkup sentra pertanian alih fungsi lahan menjadi pemukiman sudah tidak dapat terelakkan lagi. Sehingga sistem hidroponik yang paling tepat untuk model usaha pertanian, sebagai salah satu solusi yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi masalah pangan. Jenis tanaman bisa ditanam dengan sistem hidroponik, meliputi : tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, dan tanaman obat–obatan. Sedangkan jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem hidroponik antara lain tanaman hias, sayur - sayuran, buah - buahan dan juga beberapa macam umbi - umbian.

    Cara bercocok tanam secara hidroponik sebenarnya sudah banyak dipakai oleh beberapa masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas. Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang banyak.


    Model hidroponik secara umum antara lain : DFT, NFT, Rakit apung, Aquaponik, Aeroponik, vertikultur, statis, dutch bucket, dll. Untuk model yang sangat mudah dan sederhana untuk di terapkan di masyarakat skala rumah tangga biasanya model hidroponik statis atau rakit apung. Sedangkan model hidroponik yang masuk dalam konsep pertanian terpadu adalah model aquaponik, karena model ini biasanya memadukan antara budidaya tanaman secara hidroponik dengan budidaya ikan. Untuk nutrisi hidroponik secara umum yang beredar di pasaran adalah nutrisi AB mix.

    Hidroponik statis yang sangat sederhana bisa kita buat dengan menggunakan tompo/cething, botol, jerigen, atau menggunakan sterofoam buah maupun box es krim. Dari beberapa model tersebut kita bisa memanfaatkan barang – barang bekas yang sangat melimpah di sekitar kita.

    Sedangkan hidroponik dengan model aquaponik bisa kita padukan dengan budidaya ikan bioflok maupun konvensional, dimana nutrisi tanaman didapatkan dari kotoran ikan tersebut. Untuk perbandingan ikan dengan tanaman yg ideal adalah 5 ikan : 1 tanaman. Ikan yang biasa digunakan adalah ikan lele, ikan bawal, dan ikan koi.

  5. Tabulampot (Tanaman Buah Dalam Pot)
    Dahulu, mungkin ketika orang akan melakukan kegiatan budidaya tanaman pasti memerlukan sebuah pekarangan yang cukup luas. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk memanfaatkan lahan yang luas untuk dapat dijadikan sebagai nilai tambah bagi seseorang. Keadaan saat ini pun sudah berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Pada saat ini pekarangan atau luas lahan yang dimiliki oleh warga mulai menyempit. Banyak seseorang yang menginginkan menanam tanaman banyak diantaranya menggunakan media lain selain di pekarangan rumahnya. Misalnya ketika seseorang ingin menanam mangga banyak diantaranya yang menanam menggunkan tempat-tempat yang sudah tidak terpakai atau menggunakan polibag dari situlah tanpa sengaja akhirnya tanaman tersebut tumbuh dan berbuah.

    Tabulampot yang merupakan sebuah singkatan dari tanaman buah dalam pot. Ini merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat perkotaan yaitu lahan yang terbatas. Dari lahan yang terbatas ini kita masih dapat membudidayakan tanaman buah tanpa membutuhkan lahan yang luas.

    Menurut Syahroni Yunus dan Titis Priyowidodo mengemukakan bahwa tabulampot itu sejak tahun 1970-an yang mana kemudian berkembang, baik dari sisi teknologi maupun jumlah jenis tanaman termasuk buah-buahan. Menurut Drs. H. Hendro Sunarjo, APU (Purn) dalam bukunya hal 8 mengemukakan pendapat bahwa tabulampot bisa menjadi solusi bagi masyarakat perkotaan yang hanya memiliki lahan terbatas dan ingin menanam tanaman buah disekitar rumahnya. Tak hanya sebagai tanaman hias saja kenikmatan lain dari tabulampot adalah kita bisa juga menikmati buahnya. Dari sisi estetika, tabulampot tidak kalah dengan tanaman hias lainnya. Sebagai gambaran, tabulampot yang rimbun dapat memperindah halaman rumah, terutama jika ditata dan dirawat dengan baik.

    Di jaman yang serba istan kini tabulampot menjadi trend di kalangan pecinta tanaman, apalagi untuk wilayah perkotaan, semakin sempitnya lahan menjadi salah satu alasan untuk bercocok tanam dengan menggunakan tabulampot. Beberapa tanaman yang bisa di budidayakan dengan metode tabulampot antaralain : mangga, kelengkeng, belimbing, sirsak, tin, jeruk, jambu, dll.

  6. Budidaya Lele dengan Metode Bioflock
    Bioflok berasal dari kata “Bio” yang berarti kehidupan dan “Flock” yang artinya gumpalan. Secara umum pengertian bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme baik yang tergabung dalam sebuah gumpalan (floc). Pertumbuhan mikroorganisme dipacu dengan pemberian probiotik dan juga pemasangan aerator dalam kolam. Kita tidak perlu repot-repot menguras kolam dengan periode  yang sering karena air dalam bioflock ini terdapat sebuah siklus auto pemurnian air, yang berfungsi untuk merubah sisa pakan dan kotoran, gas beracun menjadi senyawa yang tidak berbahaya hingga anda bisa mengganti dengan waktu yang cukup lama.

    Mikroba penyusun bioflock terdiri dari bateri, jamur, mikroalga, dan zoopplankton. Pengelompokan pembetuk flock ini sangat bergantung pada masukan bahan organik, bakteri dan alga yang akan menyusunnya, selain itu keberadaan gumpalan atau flok sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan nutrisi dan lingkungan.

    Keunggulan kolam bioflok yang di budidayakan di Kampung Gagot :
    Tidak membutuhkan lahan yang luas.
    Tidak ada penggantian air hingga panen (hemat air), bahkan bisa digunakan untuk beberapa periode pemeliharaan.
    Daging ikan lebih kenyal dan lebih putih.
    Bisa tebar padat ( 1000-1250 ekor/ m3 ).
    Hemat pakan.

  7. Peternakan
    Peternakan adalah Kegiatan dimana seseorang melakukan pemeliharaan terhadap hewan yang memiliki nilai jual, Bermanfaat bagi masyarakat luas atau pengelola ternak, sejarah peternakan ada sejak 9000 SM awalnya ternak kambing dan domba Lalu Sapi Diambil daging, susu, bulu dan kulit. Di Indonesia: sapi, kerbau, domba, kambing, babi, itik,  ayam Setelah ada bangsa Asing: ternak disilangkan, jadilah ternak Peranakan. Yang murni dalam negeri: ternak ras (negeri) tujuan berternak: Komersial, Meraih Keuntungan, Sebagai Hiburan.

Ekonomi Kreatif Kampung Gagot

Menurut Institute For Development Economy and Finance (2005), ekonomi kreatif merupakan proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual. Hal ini yang sudah dilakukan secara nyata di kampung Gagot Eduwisata Agro dengan adanya produk-produk yang muncul setelah konsep kampung eduwisata yaitu dengan mengangkat potensi lokal seperti kopi lokal yaitu Kopi Mbah Gagot, pupuk organik gagot, dan hasil pertanian lainnya yang dijual dalam bentuk paket-paket penjualan. 

  1. Mengembangkan Kopi Lokal
    Ada beberapa jenis kopi yaitu robusta dan arabika, di kampung Gagot yang dikembangkan turun temurun yaitu jenis robusta, bagi sebagian masyarakat pada umumnya kopi lokal hanya dijual dalam bentuk mentah dan harga yang mengikuti pasaran dan tentunya bernilai ekonomis rendah. Di kampung Gagot saat ini pengembangan kopi lokal di olah dan dikemas sehingga dapat meningkatkan nilai jual.

  2. Membuat pabrik kompos
    Pada umumnya kotoran sapi kurang dimanfaatkan dengan baik, ada beberapa yang dijual dengan nilai ekonomis rendah bahkan ada yang tidak dimanfaatkan sama sekali sehingga dapat menimbulkan bau yang menyengat, dari segi kesehatan kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai sumber penyakit,  Menurut Sutedjo (2008), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah atau seresah tanaman. Pembuatan kompos pada hakikatnya adalah menumpukan bahan-bahan organik dan membiarkan terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan menjadi pupuk.

    Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh jenis makanan dan usia ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sapi yakni N 2,33 %, P2O5 0,61 %, K2O 1,58 %, Ca 1,04 %, Mg 0,33 %, Mn 179 ppm dan Zn 70,5 ppm. (Andayani dan Sarido 2013). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Augustien (2006) dalam Latifah et al. (2012), diketahui bahwa pupuk organik dari sampah sayur mempunyai kandungan N 0,1 %, P 0,0035 %, dan K 0, 17 % yang diberikan pada tanah mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

    Pada proses pengomposan bekerja berbagai mikroba, semakin banyak mikroba semakin cepat pengomposan berlangsung. Umumnya mikroba dapat bekerja secara optimal pada kelembaban ± 60%. Kelembaban yang tidak sesuai menyebabkan tidak berkembangnya atau bahkan matinya mikroba. Aerasi dapat dilakukan dengan pembalikan, misalnya sekali dalam seminggu tergantung kondisi pengomposan, aerobik atau anaerobik. Pengomposan dari berbagai macam bahan baku akan lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dari bahan tunggal dan penambahan kotoran hewan biasanya dapat mempercepat pengomposan. Keasaman yang baik dalam pengomposan adalah 6,5-7,5. Bila keasaman rendah dapat ditambahkan kapur atau abu (Sentana, 2010). Pada umum nya para Peternak selama ini kotoran hewan dan limbah organik tidak termanfaatkan bahan cendrung jadi masalah lingkungan. Kini kampung gagot merubah sampah dan kotoran hewan menjadi pupuk kompos, sehingga menjadi prodak yang memiliki nilai ekonomi sehingga menambah pendapatan petani.

  3. Mengemas Beberapa Jenis Sayuran dan Buah-Buahan
    Di Kampung Gagot, beberapa produk pertanian seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, dikemas dan dijual dalam bentuk paket-paket penjualan. Dengan pengemasan yang menarik, antusiasme pengunjung untuk membeli produk tersebut meningkat dan kita juga dapat meningkatkan nilai jual sayuran tersebut. Kampung Gagot juga menampung prodak pertanian untuk dijual secara langsung sebagai oleh-oleh untuk pengunjung Kampung Gagot. 

  4. Olahan Makanan Produk Pertanian
    Selain hasil produk pertanian yang dijual secara langsung dikampung Gagot juga terdapat beberapa olahan makanan dari hasil pertanian seperti lele terbang, bayam crispy, aneka makanan kering, tepung mocaf, gula semut, minuman serbuk sehat instant dan lain-lain.

  5. Pemasaran Produk Pertanian Melalui Wadah Waraung Tani Indonesia
    Tidak cukup hanya dengan cara pemasaran prodak yang biasa untuk memasarkan prodak pertanian perlu cara cara kreatif untuk menarik pembeli. Kampung Gagot memasarakan produk dengan menggunakan sarana sosial media dan membuat pasar tani baik saat kunjungan wisata edukasai maupun secara rutin di adakan, serta membentuk wadah jejaring pemasaran yaitu Warung Tani Indonesia.

    Kampung Gagot dengan rata rata 1000 orang pengunjung per bulan,  merupakanan pasar dan wahana transaksi sehingga memunculkan produk-produk inovatif seperti beras sehat Sahabat Tani, Dawet instant, Kopi Mbah Gagot, bumbu ajaib serbaguna dan produk kreatif lainnya. 

  6. Lingkungan 
    Menurut Darsono (1995) pengertian lingkungan bahwa semua benda dan kondisi, termasuk manusia dan kegiatan mereka, yang terkandung dalam ruang dimana manusia dan mempengaruhi kelangsungan hidup, kesejahteraan manusia dan badan-badan lainnya. Lingkungan di kampung gagot sejak dahulu sebelum konsep eduwisata agro ini terbentuk masih dikelola alakadarnya dari sanitasi sampai pembuangan sampah masih dibuang kesungai. Jalan dan gang-gang di kampung Gagot juga belum tertata rapi apalagi indah. 

  7. Pengelolaan Sampah 
    Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai sampah organik dan sampah anorganik. Pengelolaan sampah organik yang sudah berjalan di Kampung Gagot kini dibuat menjadi pupuk kompos sedangkan untuk sampah anorganik seperti plastik maupun botol bekas air mineral sudah diolah menjadi bahan bakar minyak menggunakan alat karya Bapak Irhamto yang diberi nama RKD (Reaktor Kondensator dan Destilator). 

  8. Sumber Daya Manusia 
    Kampung Gagot tidak akan terwujud tanpa adanya sumberdaya manusia dan inilah kunci keberhasilan terwujudnya Kampung Gagot. Dengan hanya 20 keluarga mampu menghadirkan ribuan orang ke Kampung Gagot.

    Bagimana cara menjadikan kawasan yang biasa dan tidak indah seperti Kampung Gagot menjadi lokasi eduwisata yang menarik pengunjung, berikut tahapan dari sudut pandang sumber daya manusianya. Pengelola Kampung Gagot menyadari bahwa membangun Kampung Gagot tidak seperti sedang membangun perusahan yang bisa menyeleksi karyawanya yang sesuai kebutuhan perusahan, tetapi harus menyadari betul bahwa sedang membangun kampung dengan segala macam sumberdaya manusia yang sudah ada. Secara pendidikan rata-rata warga Kampung Gagot berpendidikan sekolah dasar, secara profesi rata-rata sebagai petani. Itulah sumberdaya yang ada, kemudian dirangkum dan disinergikan menjadi satu kekuatan untuk membangun Kampung Gagot.

    Kampung Gagot dimotorioleh hanya tiga orang sebagai Tim Manajemen yang mencakup Manajer Umum, Manajer Administrasi dan Manajer Operasional. Didukung  oleh tenaga teknis ahli masak, guide (pemandu), tutor, perawat ternak, perawat tanaman, tukang parkir, dan marketer.  Semua tenaga itu berasal dari warga Kampung Gagot, yang potensinya muncul dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Menariknya lagi tukang pelihara sapi yang pintar menggambar, ketemu dengan tukang sapi yang pintar memasak, ada juga petani yang tib-tiba harus pintar menjadi tukang parkir. Semuanya bahu-mebahu untuk memberikan layanan edukasi pertanian yang terbaik untuk semua pengunjung.

  9. Sumber Daya Keuangan
    Tidak semua orang  merasa nyaman saat berbicara masalah uang, karena hal itu sangat sensitif. Namun, Kami seing ditanya: butuh berapa uang untuk memulai usaha Eduwisata Kampung Gagot?

    Modal untuk membangun Kampung Gagot berasal dari dua sumber, yaitu modal swadaya masyarakat dan modal dari Tim Manajemen.  Modal swadaya masyarakat berupa teranak, tanaman, ikan dan lainnya yang sebelumnya memang sudah ada di pekarangan mereka masing-masing.  Modal dari Tim Manajemen: berupa pembiayaan sarana-prasarana untuk membangun Joglo, gazebo, sarana perlengkapan edukasi, toilet dan sejenisnya.  

  10. Rencana Terbaik Milik Tuhan
    Prestasi kami telah menghadirkan ribuan orang untuk melakukan kunjungan wisata edukasi baik anak anak, remaja dan dewasa. Kunjungan terbanyak dalam satu bulan mencapi 1400 orang.

    Tahun pertama kami ter fokus kan pada kunjungan pada anak usia dini, dan di tahun kedua kita berhasil menambah bali sinau warga sehingga kita bisa menerima tamu dengan beberapa rombongan dalam satu waktu.

    Kita punya rencana dan cara membangun kampung edukasi gagot bisa di jadikan ispirasi bahkan bisa di contoh sama pesis kaya kampung gagot  tapi bahwa rezki tidak bisa di tentukan ..rezki tetap memjadi wilayahnya tuhan , boleh jadi lokasi anda lebih sukses atau pun sebaliknya.

    Lakukan evaluasi terus untuk di jadikan pelajaran untuk membuat perencanan yang lebih baik. Strategi dalam kondisi krisis
    Untungnya kampung gagot mengambil wisata edukasi bidang pertanian, jadi ketika terjadi krisis karena visurs covid-19 saya membuat stategi pemasaran dan menikan produktifitas kampung yang sebelum nya sudah di lakukan tapi sempat tidak di seriusi.

    Tiem kita ada 22 orang  terdiri 8 orang pengelola 4 kuliner pawon gagot 10 pemandu, unik nya pengelola semua nya petani sehingga pas kunjungan tidak ada mereka tetap melakukan aktifitas bertani.

    Nah terus saya apa yang di lakukan 5 hari berkunjung ke orang tua yang pas musim kunjungan sulit di lakukan kemudian saya gunakan untuk belajar lagi dengan baca buku, medengarakan video dan audio yang memotivasi dan akhir nya setelah 1 pekan ngadem keluarlah beberapa program :

    Dalam kondisi tidak ada kunjungan kita melakukan :
  • Optimalisasi prodak seperti memproduksi pupuk organik, media tanam dan benih
  • Jumlah petani binaan yang melakukan produksi kompos organik bertambah dan ini di ikuti dengan permintaan pupuk oranik yang terus meningkat.
  • Dalam kondisi pandemi membuat orang banyak yang tertarik terjun kepertanian dengan maksdud untuk hiburan dan kesehatan, inilah yang menjadi peluang untuk membuat prodak paket bibit dan benih yang kami jual melalui sosial media dan mengunakan jasa pengiriman.
  • Menambah prodak olahan seperti kopi 8 rempah, herba singkir angina, serbuk jae merah.
  • Pandemi covit 19 mebuat manusia berusaha untuk menjaga diri agar tidak sakit dan ini kami manfaatkan untuk mengolah rempah rempah menjadi prodak kesehatan.
  • Menjual prodak rempah rempah : jae, kunyit, kencur
  • Menjual bibit buah seperti : pisang emas, papaya, durian dll
  • Melakukan penatan lingkungan agar lebih asri dan menghasilkan prodak.
  • Optimalisasi lahan pisang emas kirana dengan di bersihkan dan di tanami tanaman lainya untuk menambah hasil.
  • Menyelesikan pekerjaan yang tertunda membuat buku dan sarana edukasi lainya.
  • Mengeluarkan metode edukasi yang smart seperti piramida smart farm, caping gools
  • Berkolaborasi dengan berbagi pihak untuk
  • Melakukan pemberdayaan petani.


FOR MORE INFORMATIONS
PLEASE CALL / WA

0821-3741-1461

Ayo... Berwisata ke Banjarnegara!


No comments:

Post a Comment